Blogroll

Cari Blog Ini

2013/04/02


Jalannya sudah tertatih-tatih, karena usianya sudah lebih dari 70 tahun, sehingga kalau tidak perlu sekali, jarang ia bisa dan mau keluar rumah. Walaupun ia mempunyai seorang anak perempuan, ia harus tinggal di rumah jompo, karena kehadirannya tidak diinginkan. Masih teringat olehnya, betapa berat penderitaannya ketika akan melahirkan putrinya tersebut. Ayah dari anak tersebut minggat setelah menghamilinya tanpa mau bertanggung jawab atas perbuatannya. Di samping itu keluarganya menuntut agar ia menggugurkan bayi yang belum dilahirkan, karena keluarganya merasa malu mempunyai seorang putri yang hamil sebelum nikah, tetapi ia tetap mempertahankannya, oleh sebab itu ia diusir dari rumah orang tuanya.
Jalannya sudah tertatih-tatih, karena usianya sudah lebih dari 70 tahun, sehingga kalau tidak perlu sekali, jarang ia bisa dan mau keluar rumah. Walaupun ia mempunyai seorang anak perempuan, ia harus tinggal di rumah jompo, karena kehadirannya tidak diinginkan. Masih teringat olehnya, betapa berat penderitaannya ketika akan melahirkan putrinya tersebut. Ayah dari anak tersebut minggat setelah menghamilinya tanpa mau bertanggung jawab atas perbuatannya. Di samping itu keluarganya menuntut agar ia menggugurkan bayi yang belum dilahirkan, karena keluarganya merasa malu mempunyai seorang putri yang hamil sebelum nikah, tetapi ia tetap mempertahankannya, oleh sebab itu ia diusir dari rumah orang tuanya.

Selain aib yang harus di tanggung, ia pun harus bekerja berat di pabrik untuk membiayai hidupnya. Ketika ia melahirkan putrinya, tidak ada seorang pun yang mendampinginya. Ia tidak mendapatkan kecupan manis maupun ucapan selamat dari siapapun juga, yang ia dapatkan hanya cemohan, karena telahelahirkan seorang bayi haram tanpa bapa. Walaupun demikian ia merasa bahagia sekali atas berkat yang didapatkannya dari Tuhan di mana ia telah dikaruniakan seorang putri. Ia berjanji akan memberikan seluruh kasih sayang yang ia miliki hanya untuk putrinya seorang, oleh sebab itulah putrinya diberi nama Love - Kasih.

Siang ia harus bekerja berat di pabrik dan di waktu malam hari ia harus menjahit sampai jauh malam, karena itu merupakan penghasilan tambahan yang ia bisa dapatkan. Terkadang ia harus menjahit sampai jam 2 pagi, tidur lebih dari 4 jam sehari itu adalah sesuatu kemewahan yang tidak pernah ia dapatkan. Bahkan Sabtu Minggu pun ia masih bekerja menjadi pelayan restaurant. Ini ia lakukan semua agar ia bisa membiayai kehidupan maupun biaya sekolah putrinya yang tercinta. Ia tidak mau menikah lagi, karena ia masih tetap mengharapkan, bahwa pada suatu saat ayah dari putrinya akan datang balik kembali kepadanya, di samping itu ia tidak mau memberikan ayah tiri kepada putrinya.

Sejak ia melahirkan putrinya ia menjadi seorang vegetarian, karena ia tidak mau membeli daging, itu terlalu mahal baginya, uang untuk daging yang seyogianya ia bisa beli, ia sisihkan untuk putrinya. Untuk dirinya sendiri ia tidak pernah mau membeli pakaian baru, ia selalu menerima dan memakai pakaian bekas pemberian orang, tetapi untuk putrinya yang tercinta, hanya yang terbaik dan terbagus ia berikan, mulai dari pakaian sampai dengan makanan.

Pada suatu saat ia jatuh sakit, demam panas. Cuaca di luaran sangat dingin sekali, karena pada saat itu lagi musim dingin menjelang hari Natal. Ia telah menjanjikan untuk memberikan sepeda sebagai hadiah Natal untuk putrinya, tetapi ternyata uang yang telah dikumpulkannya belum mencukupinya. Ia tidak ingin mengecewakan putrinya, maka dari itu walaupun cuaca diluaran dingin sekali, bahkan dlm keadaan sakit dan lemah, ia tetap memaksakan diri untuk keluar rumah dan bekerja. Sejak saat tersebut ia kena penyakit rheumatik, sehingga sering sekali badannya terasa sangat nyeri sekali. Ia ingin memanjakan putrinya dan memberikan hanya yang terbaik bagi putrinya walaupun untuk ini ia harus bekorban, jadi dlm keadaan sakit ataupun tidak sakit ia tetap bekerja, selama hidupnya ia tidak pernah absen bekerja demi putrinya yang tercinta.

Karena perjuangan dan pengorbanannya akhirnya putrinya bisa melanjutkan studinya diluar kota. Di sana putrinya jatuh cinta kepada seorang pemuda anak dari seorang konglomerat beken. Putrinya tidak pernah mau mengakui bahwa ia masih mempunyai orang tua. Ia merasa malu bahwa ia ditinggal minggat oleh ayah kandungnya dan ia merasa malu mempunyai seorang ibu yang bekerja hanya sebagai babu pencuci piring di restaurant. Oleh sebab itulah ia mengaku kepada calon suaminya bahwa kedua orang tuanya sudah meninggal dunia.

Pada saat putrinya menikah, ibunya hanya bisa melihat dari jauh dan itupun hanya pada saat upacara pernikahan di gereja saja. Ia tidak diundang, bahkan kehadirannya tidaklah diinginkan. Ia duduk di sudut kursi paling belakang di gereja, sambil mendoakan agar Tuhan selalu melindungi dan memberkati putrinya yang tercinta. Sejak saat itu bertahun-tahun ia tidak mendengar kabar dari putrinya, karena ia dilarang dan tidak boleh menghubungi putrinya. Pada suatu hari ia membaca di koran bahwa putrinya telah melahirkan seorang putera, ia merasa bahagia sekali mendengar berita bahwa ia sekarang telah mempunyai seorang cucu. Ia sangat mendambakan sekali untuk bisa memeluk dan menggendong cucunya, tetapi ini tidak mungkin, sebab ia tidak boleh menginjak rumah putrinya. Untuk ini ia berdoa tiap hari kepada Tuhan, agar ia bisa mendapatkan kesempatan untuk melihat dan bertemu dengan anak dan cucunya, karena keinginannya sedemikian besarnya untuk bisa melihat putri dan cucunya, ia melamar dengan menggunakan nama palsu untuk menjadi babu di rumah keluarga putrinya.

Ia merasa bahagia sekali, karena lamarannya diterima dan diperbolehkan bekerja disana. Di rumah putrinya ia bisa dan boleh menggendong cucunya, tetapi bukan sebagai Oma dari cucunya melainkan hanya sebagai babu dari keluarga tersebut. Ia merasa berterima kasih sekali kepada Tuhan, bahwa ia permohonannya telah dikabulkan.

Di rumah putrinya, ia tidak pernah mendapatkan perlakuan khusus, bahkan binatang peliharaan mereka jauh lebih dikasihi oleh putrinya daripada dirinya sendiri. Di samping itu sering sekali dibentak dan dimaki oleh putri dan anak darah dagingnya sendiri, kalau hal ini terjadi ia hanya bisa berdoa sambil menangis di dlm kamarnya yang kecil di belakang dapur. Ia berdoa agar Tuhan mau mengampuni kesalahan putrinya, ia berdoa agar hukuman tidak dilimpahkan kepada putrinya, ia berdoa agar hukuman itu dilimpahkan saja kepadanya, karena ia sangat menyayangi putrinya.

Setelah bekerja bertahun-tahun sebagai babu tanpa ada orang yang mengetahui siapa dirinya dirumah tersebut, akhirnya ia menderita sakit dan tidak bisa bekerja lagi. Mantunya merasa berhutang budi kepada pelayan tuanya yang setia ini sehingga ia memberikan kesempatan untuk menjalankan sisa hidupnya di rumah jompo.

Puluhan tahun ia tidak bisa dan tidak boleh bertemu lagi dengan putri kesayangannya. Uang pension yang ia dapatkan selalu ia sisihkan dan tabung untuk putrinya, dengan pemikiran siapa tahu pada suatu saat ia membutuhkan bantuannya.

Pada tahun lampau beberapa hari sebelum hari Natal, ia jatuh sakit lagi, tetapi ini kali ia merasakan bahwa saatnya sudah tidak lama lagi. Ia merasakan bahwa ajalnya sudah mendekat. Hanya satu keinginan yang ia dambakan sebelum ia meninggal dunia, ialah untuk bisa bertemu dan boleh melihat putrinya sekali lagi. Di samping itu ia ingin memberikan seluruh uang simpanan yang ia telah kumpulkan selama hidupnya, sebagai hadiah terakhir untuk putrinya.

Suhu diluaran telah mencapai 17 derajat di bawah nol dan salujupun turun dengan lebatnya, jangankan manusia anjingpun pada saat ini tidak mau keluar rumah lagi, karena di luaran sangat dingin, tetapi Nenek tua ini tetap memaksakan diri untuk pergi ke rumah putrinya. Ia ingin betemu dengan putrinya sekali lagi yang terakhir kali. Dengan tubuh menggigil karena kedinginan, ia menunggu datangnya bus berjam-jam di luaran. Ia harus dua kali ganti bus, karena jarak rumah jompo tempat di mana ia tinggal letaknya jauh dari rumah putrinya. Satu perjalanan yang jauh dan tidak mudah bagi seorang nenek tua yang berada dlm keadaan sakit.

Setiba di rumah putrinya dlm keadaan lelah dan kedinginan ia mengetuk rumah putrinya dan ternyata purtinya sendiri yang membukakan pintu rumah gedong di mana putrinya tinggal. Apakah ucapan selamat datang yang diucapkan putrinya ? Apakah rasa bahagia bertemu kembali dengan ibunya? Tidak! Bahkan ia ditegor: "Kamu sudah bekerja di rumah kami puluhan tahun sebagai pembantu, apakah kamu tidak tahu bahwa untuk pembantu ada pintu khusus, ialah pintu di belakang rumah!"

"Nak, Ibu datang bukannya untuk bertamu melainkan hanya ingin memberikan hadiah Natal untukmu. Ibu ingin melihat kamu sekali lagi, mungkin yang terakhir kalinya, bolehkah saya masuk sebentar saja, karena di luaran dingin sekali dan sedang turun salju. Ibu sudah tidak kuat lagi nak!" kata wanita tua itu.

"Maaf saya tidak ada waktu, di samping itu sebentar lagi kami akan menerima tamu seorang pejabat tinggi, lain kali saja. Dan kalau lain kali mau datang telepon dahulu, jangan sembarangan datang begitu saja!" ucapan putrinya dengan nada kesal. Setelah itu pintu ditutup dengan keras. Ia mengusir ibu kandungnya sendiri, seperti juga mengusir seorang pengemis.

Tidak ada rasa kasih, jangankan kasih, belas kasihanpun tidak ada. Setelah beberapa saat kemudian bel rumah bunyi lagi, ternyata ada orang mau pinjam telepon di rumah putrinya "Maaf Bu, mengganggu, bolehkah kami pinjam teleponnya sebentar untuk menelpon ke kantor polisi, sebab di halte bus di depan ada seorang nenek meninggal dunia, rupanya ia mati kedinginan!"

Wanita tua ini mati bukan hanya kedinginan jasmaniahnya saja, tetapi juga perasaannya. Ia sangat mendambakan sekali kehangatan dari kasih sayang putrinya yang tercinta yang tidak pernah ia dapatkan selama hidupnya.

Seorang Ibu melahirkan dan membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang tanpa mengharapkan pamrih apapun juga. Seorang Ibu bisa dan mampu memberikan waktunya 24 jam sehari bagi anak-anaknya, tidak ada perkataan siang maupun malam, tidak ada perkataan lelah ataupun tidak mungkin dan ini 366 hari dlm setahun. Seorang Ibu mendoakan dan mengingat anaknya tiap hari bahkan tiap menit dan ini sepanjang masa. Bukan hanya setahun sekali saja pada hari-hari tertentu. Kenapa kita baru bisa dan mau memberikan bunga maupun hadiah kepada Ibu kita hanya pada waktu hari Ibu saja "Mother's Day" sedangkan di hari-hari lainnya tidak pernah mengingatnya, boro-boro memberikan hadiah, untuk menelpon saja kita tidak punya waktu.

Kita akan bisa lebih membahagiakan Ibu kita apabila kita mau memberikan sedikit waktu kita untuknya, waktu nilainya ada jauh lebih besar daripada bunga maupun hadiah. Renungkanlah: Kapan kita terakhir kali menelpon Ibu? Kapan kita terakhir mengundang Ibu? Kapan terakhir kali kita mengajak Ibu jalan-jalan? Dan kapan terakhir kali kita memberikan kecupan manis dengan ucapan terima kasih kepada Ibu kita? Dan kapankah kita terakhir kali berdoa untuk Ibu kita?

Berikanlah kasih sayang selama Ibu kita masih hidup, percuma kita memberikan bunga maupun tangisan apabila Ibu telah berangkat, karena Ibu tidak akan bisa melihatnya lagi.

When Mother prayed, she found sweet rest,
When Mother prayed, her soul was blest;
Her heart and mind on Christ were stayed,
And God was there when Mother prayed!
Our thanks, O God, for mothers
Who show, by word and deed,
Commitment to Thy will and plan
And Thy commandments heed.
A thousand men may build a city,
but it takes a mother to make a home.
No man is poor who has had a godly mother!
Read more

0 puisi anak rindu kasih sayang ibu


sembilan bulan kau mengandungku
disaat kelahiran kau mempertaruhkan nyawamu
disaat aku terlahir terdengar jerit tangisku
betapa bahagianya ,ibu menangiskan air mata bahagiamu
kau besar kan aku dengan kasih sayangmu
kau besar kan aku dengan ketulusanmu
kau tidak pernah sedikitpun merasakan kekecewaanmu kepada ku
kau sangat menyayangiku
saat aku beranjak dewasa
kau ajarkan aku semuanya
mulai aku melangkah kan kaki
hingga aku bisa berjalan,,,,
kini aku telah jauh darimu
hanya suaramu yang bisa aku bayangkan
hanya bayangmu yang selalu aku mimpikan
kadang aku merasakan sunyi tanpa kehadiranmu
ibu anakmu jauh dimata
anakmu rindu akan kasih sayangmu
rindu akan canda tawamu
rindu akan semuanya yang kau berikan padaku
aku hanya bisa berdoa kepadamu ibu
itu yang dapat aku balas kepadamu
selama aku masih bisa melangkah
selama aku masih bisa melihat keindahan dunia ini
aku jalani pesan yang kau berikan kepadaku
sebelum aku pergi
aku akan memenuhi janjiku kepadamu
disaat aku pulang aku harus bisa membuat mu bahagia
berada disampingmu disaat engkau tua
berada disampingmu disaat engkau tidak berdaya
merawatmu dan menyayangimu
seperti engkau menyayangiku waktu kecil
i love you mother
i miss you mother
Read more

0 Cara Membaca Pikiran Seseorang Melalui Mata



Apakah anda ingin mengetahui pikiran atau perasaan orang lain saat sedang berbicara dengan anda? Ada beberapa cara untuk mengetahui hal tersebut salah satunya dengan kontak mata. Berikut beberapa yang bisa anda ketahui tentang tatapan mata lawan bicara anda.

Tatapan mata konsisten, artinya lawan bicara sangat tertarik dengan pembicaraan anda.
Memperpanjang kontak mata, artinya lawan bicara kemungkinan tidak percaya dengan pembicaraan anda.
Tatapan singkat, artinya lawan bicara tidak tertarik dengan pembicaraan anda.

Adapun beberapa hal yang bisa anda ketahui tentang gerak bola mata.


  • Bola mata melihat ke atas, artinya lawan bicara sedang merasa bosan dan ingin menghentikan pembicaraan.
  • Bola mata melihat ke bawah, artinya bisa jadi lawan bicara sangat patuh dengan pembicaraan.
  • Bola mata melihat ke atas kanan, artinya lawan bicara sedang mengingat sesuatu yang pernah ia alami yang berhubungan dengan pembicaraan.
  • Bola matamelihat ke kanan tengah, artinya lawan bicara sedang mengingat suara yang pernah ia dengan yang berhubungan dengan pembicaraan.
  • Bola mata melihat ke kanan bawah, artinya lawan bicara sedang mengingat segala sesuatu yang berhubungan dengan pembicaraan.
  • Bola mata melihat ke kiri atas, artinya lawan bicara sedang berimajinasi tentang pembicaraan.
  • Bola mata melihat ke kiri tengah, artinya lawan bicara sedang berimajinasi tentang suara-suara yang bisa ditimbulkan dari pembicaraan.
  • Bola mata melihat ke kiri bawah, artinya lawan bicara sedang mengingat suatu perasaan yang pernah ia alami yang berhubungan dengan pembicaraan.

Demikian beberapa hal yang bisa anda ketahui tentang pikiran atau perasaan lawan bicara anda melalui tatapan dan gerak bola mata. Hal ini tidak murni akurat, namun tentu bisa menjadi patokan bagi anda ketika berbicara dengan orang lain, apakah lawan bicara anda nyaman atau justru bosan dengan pembicaraan anda, dan apa yang mereka pikirkan.

Hal ini dapat anda praktekan saat sedang berbicara dengan pasangan, teman dekat, rekan bisnis, keluarga, dan lain-lain agar membantu proses pembicaraan anda.
Anda bisa menebak saat anda harus mulai menghentikan pembicaraan jika nyatanya lawan bicara anda sudah bosan dengan pembicaraan
Read more

0 Kisah Perjuangan Seorang Sahabat

Malam ini begitu dingin saat gerimis turun membasahi bumi, awan kelabu pun serta merta menyembunyikan megahnya gunung Burangrang dan gunung Tangkuban perahu. Malam ini begitu senyap tak ada suara-suara malam yang biasa kudengar . malam ini dedaunan pun   seakan enggan untuk menggerakan tubuhnya. Masjid tua yang menjadi saksi hamba-hambanya bersujud kepada ilahi, malam ini begitu lenggang .
Entah kenapa dalam hati ini timbul sebuah kerinduan akan seorang sahabat yang sekaligus adalah guruku yang sangat aku kagumi kesabaran , kesholehan , kelembutan tuturkata dan keluhuran ilmu agama yang ia miliki.
Misbah datang dari sebuah pesantren yang ada di kota Garut jawa barat, pada waktu itu sekitar 20 tahun yang lalu,  aku masih sekolah disebuah Sekolah Teknologi Menengah Negri di Bandung.
Misbah datang kekampung ini dengan berniat untuk bersilaturahmi kepada seorang kakaknya , kedatangnya kesini menjadi satu harapan anak-anak masjid saat itu , lantunan qiroah dari ustadz muda ini,  mulai dari lagu Bayati, Shoba, Hijaz, Nahawand, Rost, Jiharkah dan Sikah (1) yang beliau terapkan dalam ayat-ayat Al-quran, begitu sangat memukau orang yang mendengarnya , ayat-ayat Ilahi yang di lantunkannya sangat menggetarkan hati, kadang aku juga menangis kalau mendengar Misbah membaca ayat-ayat yang bernuansa ancaman dan balasan siksaan.
Karena kami yang meminta Misbah untuk mengajar disini akhirnya Misbahpun menetap dikampung ini. Anak-anak masjid begitu semangat belajar kepada Ustadz muda ini, Ustadz yang lebih suka disebut sahabat dari pada di sebut seorang guru , usianya sekitar 25 tahun ,belum menikah ,wajahnya yang bersih , walau perawakan yang tidak begitu tinggi tapi sangat berwibawa karena keilmuan dan kasholihannya.
Beberapa bulan  Misbah disini, respon dari masyarakat cukup bagus, terlihat dari beberapa acara pengajian yang selalu penuh oleh jamaah baik orang tua atau pun  remaja seusia kami, beberapa piala kejuaraan di tingkat Desa dan Kecamatanpun , hampir semua kami raih juara pertama, mulai lomba Adzan, MTQ, Cerdas tangkas , Nasyid , Hafidz al-quran dll. Para pemuka kampung saat itu sangat berterimakasih karena  Misbahlah kampung ini jadi tampak berwibawa ,berbagai pujian pun diberikan pada kampung kami.
Suasana yang sagat agamis di kampung kami ternyata tidak berlangsung lama, saat pada suatu malam Misbah mendapat sepucuk surat ,yang pada waktu itu belum ada pesawat handpone seperti sekarang , alat komunikasi seperti surat menyurat adalah komunikasi yang sering gunakan oleh masyarakat pada waktu itu.
Isi surat itu berupa undangan dari orang tua Imas , Imas adalah gadis cantik saat itu dia masih sekolah di Madrasah ‘Aliyyah di Cimahi  , ia terkenal dengan Kembang Desa , ia adalah termasuk murid yang paling cerdas , suara Qiroahnya dalam mengajipun sangat merdu, dialah salah satu murid  Misbah yang paling di banggakan karena kecerdasannya .
Mohon kehadirannya, ada acara syukuran keluarga , kalau tidak keberatan ditunggu di dekat mushola dekat perbatasan kampung”,demikian isi surat itu , surat yang diantarkan seseorang yang Misbah pun belum mengenal orang ini. Ia bilang surat ini dari pak Darma orang tua Imas.
Misbah pun  segera bergegas pergi menuju ke tempat Mushola yang di tunjukan dalam surat itu. Hanya 15 menit , dia sudah tiba di Mushola waktu itu sekitar jam 8 malam , mushola yang di tuju sepi tidak ada orang , dia coba menunggu di teras Mushola mungkin pak Darma belum sampai di mushola itu pikirnya.
Beberapa menit dia berdiri disitu pak Darma belum juga datang, dia mencoba mengintip kedalam Mushola lewat kaca ,  Mushola yang pada waktu itu gelap karena lampunya yang tidak dihidupkan, hanya terlihat temaram  karena ada cahaya dari luar Mushola. Tiba- tiba dia melihat seperti ada yang tertidur di dalam Mushola. Ia pun penasaran ah… mungkin pak Darma  ketiduran di dalam Mushola.
Misbah yang pada waktu itu sangat terkejut ternyata yang berada didalam adalah Imas, ia kaget kenapa Imas berada di Mushola itu dalam keadaan pingsan. Tapi belum hilang dari rasa kagetnya tiba-tiba pintu mushola itu ada yang mendobrak dengan keras ,sehingga pintu Mushola yang terbuat dari kayu tersebut roboh seketika.
“ Hey ustadz cabul keluar kamu!!!” tiba-tiba serorang lelaki tubuhnya tinggi dan wajahnya garang, pada lengannya terdapat tato naga, dia adalah Sapri yang merupakan preman kampung ini. Secara tiba-tiba kepalan tangannya menojok wajah Misbah yang masih kaget itu, Misbah belum sempat menghindar , beberpa kali pukulan Sapri mendarat mengenai wajahnya . Imas masih dalam keadaan pinsan tak sadarkan diri.
Sapri dengan kasarnya menggusur Misbah, keluar mushola, teriakan dan kegaduhan di mushola mengundang perhatian  orang kampung, dalam waktu sekejap  sekitar mushola penuh dikerumuni warga.
Orang tua Imas yang mendapati Imas tergelatak pinsan ia langsung memburu dan memangkunya , ia begitu khawatir dan marah akan kejadian yang menimpa gadis semata wayangnya itu , Ibunya pun menangis melihat kejadian itu.
Bahar dia adalah teman Sapri, mencoba memprovokasi warga , dia menuduh Misbah yang tak berdosa ini telah memperkosa Imas di Mushola sampai pinsan , demi menyaksikan itu semua warga menjadi marah , ustadz yang selama ini di hormatinya adalah seorang  yang bejat dan cabul .
Sapri , Bahar dan beberapa temannya berhasil memprovokasi warga , saat itu juga warga kampung memukuli dan meyeret Misbah , Misbah tidak bisa berbuat apa-apa untuk melawan. Keadaan yang tidak berpihak pada dirinya, membuat dia tak berdaya.
Aku dan anak-anak masjid tidak bisa menolong Misbah, karena kemarahan warga yang amat sangat yang tidak bisa di cegah lagi. Kami hanya bisa berdoa semoga fitnah ini segera terungkap.
Akhirnya Misbah dibawa kepolsek terdekat , badanya yang lemas sekan tidak berdaya untuk berdiri wajah nya yang berlumuran darah akibat pukulan warga membuat kami anak-anak mesjid menangis, betapa malang nya guru kami yang baik hati ini, tindakan warga yang main hakim sendiri, yang terhasut provokasi Sapri dan teman-temannya seakan menutup kebaikan-keabaikan Misbah, yang sudah memberi ilmu dan tuntunan dalam ibadah.
Sapri dan temannya seakan mendapat angin dan mendapatkan kesempatan untuk menghancurkan harga diri Misbah, Sapri dan teman-temanya merasa terganggu dengan kehadiran Misbah yang selama ini mengajarkan ilmu agama, banyak teman-teman premannya yang ikut pengajian Misbah, mereka  bertaubat tidak mau kembali kepada kebiasaan buruk seperti mabuk-mabukan dan berjudi.
Setelah Misbah di bawa kekantor polisi , tindakan Sapri tidak cukup sampai disitu, mereka mengobrak-abrik madrasah tempat kami belajar , rak yang berisi kitab kuning dan kitab-kitab hadist pun ia hancurkan , kitab kuning dan kitab hadist pun berserakan di Madarasah kami.
Kami yang mencoba mencegah tindakan Sapri dan warga yang terhasut dengan hasutan Sapri tersebut , tapi usaha kami sia-sia , perlawanan kami yang hanya beberapa orang, kalah dengan puluhan warga yang sedang marah membabi buta. Sesekali kami pun kena pukulan warga.
Akhir nya aksi mereka bisa di hentikan oleh pak Gandi yang merupakan tokoh yang cukup berpengaruh dikampung kami, sayang pak Gandi datang terlambat karena ia baru pulang dari musyawarah MUI di desa.
Imas yang masih belum sadar segera di bawa kerumah sakit. Malam itu di kampung kami menjadi ramai dengan peristiwa ini. Malam yang biasa sudah sepi karena orang-orang sudah beristirahat , malam ini mereka terjaga membicarakan kejadian ini.
Pro kontra terhadap kejadian ini menjadi pertanyaan beberapa orang, Sapri yang sering membuat onar di kampung kami , sebagian orang tidak percaya akan kejadian ini. Seingat mereka Misbah orangnya sangat baik , dan sangat menghargai sesamanya apalagi dia sangat meghormati orang tua.  Kamipun  sebagai anak masjid sependapat dengan mereka.
Imas yang merupakan kunci dari kejadian ini di harapkan oleh pak Gandi dan tokoh-tokoh kampung kami memberikan keterangan akan kejadian ini yang sebenarnya.
Tiga hari kemudian imas yang sudah pulih kesehatannya  , dan dari bukti visum menunjukan  tidak terjadi pemerkosaan .Imas pun memberikan kesaksian baik kepada polisi dan tokoh-tokoh kampung tentang kejadian yang sebenarnya. Bahwa Misbah  sama sekali tidak bersalah dan itu semua adalah fitnah dari Sapri dan teman-teanya.
Waktu itu sepulang dari masjid sesudah solat isya Imas menuju kerumah Rubyati mau mengambil buku tafsir yang di pinjam Rubyati tempo hari, Imas  melewati gang yang cukup gelap karena disana tidak ada penerangan sama  sekali, dia tidak menyadari bahwa kepergian dia ada yang mengikuti , saat di gang yang gelap itulah Imas di bekap dari belakang sapu tangan yang mengandung obat bius yang sudah disiapkan meraka  dibekapkan pada mulut imas.
Rontaan perlawanan Imas tidak berarti , tenaga dua orang lelaki yang cukup tinggi dan kekar sangat kuat. Tubuh Imas terkulai pingsan. Selanjutnya mereka membawa Imas ke Mushola dengan rencana membuat satu fitnah bahwa Misbahlah yang melakukan pemerkosaan dan pencabulan.
Sedangkan salah satu teman Sapri yang berasal dari kampung sebelah di suruh Sapri membuat surat palsu agar Misbah mau datang kemushola. Akhirnya Misbah terpancing dan masuk perangkap mereka.
Akhirnya kebusukan yang di sembunyikan pun terungkap, Misbah setelah di nyatakan tidak bersalah di bebaskan polisi , warga kampung yang turut memukuli Misbah memohon maaf atas kejadian itu, sementara Sapri , Bahar dan teman-temannya ditangkap  dan meringkuk di polres setempat.
Kami bersyukur kejadian ini cepat terungkap kebenarannya , sejak itu Masjid kami semakin makmur dengan kegiatan keagamaan, sampai satu saat Misbah kembali ke pesantren Garut karena beliau di percaya melanjutkan pesantren yang dipimpin gurunya sekaligus mertuanya sendiri.
Read more