Blogroll

Cari Blog Ini

Kisah Perjuangan Seorang Sahabat

2013/04/02
Malam ini begitu dingin saat gerimis turun membasahi bumi, awan kelabu pun serta merta menyembunyikan megahnya gunung Burangrang dan gunung Tangkuban perahu. Malam ini begitu senyap tak ada suara-suara malam yang biasa kudengar . malam ini dedaunan pun   seakan enggan untuk menggerakan tubuhnya. Masjid tua yang menjadi saksi hamba-hambanya bersujud kepada ilahi, malam ini begitu lenggang .
Entah kenapa dalam hati ini timbul sebuah kerinduan akan seorang sahabat yang sekaligus adalah guruku yang sangat aku kagumi kesabaran , kesholehan , kelembutan tuturkata dan keluhuran ilmu agama yang ia miliki.
Misbah datang dari sebuah pesantren yang ada di kota Garut jawa barat, pada waktu itu sekitar 20 tahun yang lalu,  aku masih sekolah disebuah Sekolah Teknologi Menengah Negri di Bandung.
Misbah datang kekampung ini dengan berniat untuk bersilaturahmi kepada seorang kakaknya , kedatangnya kesini menjadi satu harapan anak-anak masjid saat itu , lantunan qiroah dari ustadz muda ini,  mulai dari lagu Bayati, Shoba, Hijaz, Nahawand, Rost, Jiharkah dan Sikah (1) yang beliau terapkan dalam ayat-ayat Al-quran, begitu sangat memukau orang yang mendengarnya , ayat-ayat Ilahi yang di lantunkannya sangat menggetarkan hati, kadang aku juga menangis kalau mendengar Misbah membaca ayat-ayat yang bernuansa ancaman dan balasan siksaan.
Karena kami yang meminta Misbah untuk mengajar disini akhirnya Misbahpun menetap dikampung ini. Anak-anak masjid begitu semangat belajar kepada Ustadz muda ini, Ustadz yang lebih suka disebut sahabat dari pada di sebut seorang guru , usianya sekitar 25 tahun ,belum menikah ,wajahnya yang bersih , walau perawakan yang tidak begitu tinggi tapi sangat berwibawa karena keilmuan dan kasholihannya.
Beberapa bulan  Misbah disini, respon dari masyarakat cukup bagus, terlihat dari beberapa acara pengajian yang selalu penuh oleh jamaah baik orang tua atau pun  remaja seusia kami, beberapa piala kejuaraan di tingkat Desa dan Kecamatanpun , hampir semua kami raih juara pertama, mulai lomba Adzan, MTQ, Cerdas tangkas , Nasyid , Hafidz al-quran dll. Para pemuka kampung saat itu sangat berterimakasih karena  Misbahlah kampung ini jadi tampak berwibawa ,berbagai pujian pun diberikan pada kampung kami.
Suasana yang sagat agamis di kampung kami ternyata tidak berlangsung lama, saat pada suatu malam Misbah mendapat sepucuk surat ,yang pada waktu itu belum ada pesawat handpone seperti sekarang , alat komunikasi seperti surat menyurat adalah komunikasi yang sering gunakan oleh masyarakat pada waktu itu.
Isi surat itu berupa undangan dari orang tua Imas , Imas adalah gadis cantik saat itu dia masih sekolah di Madrasah ‘Aliyyah di Cimahi  , ia terkenal dengan Kembang Desa , ia adalah termasuk murid yang paling cerdas , suara Qiroahnya dalam mengajipun sangat merdu, dialah salah satu murid  Misbah yang paling di banggakan karena kecerdasannya .
Mohon kehadirannya, ada acara syukuran keluarga , kalau tidak keberatan ditunggu di dekat mushola dekat perbatasan kampung”,demikian isi surat itu , surat yang diantarkan seseorang yang Misbah pun belum mengenal orang ini. Ia bilang surat ini dari pak Darma orang tua Imas.
Misbah pun  segera bergegas pergi menuju ke tempat Mushola yang di tunjukan dalam surat itu. Hanya 15 menit , dia sudah tiba di Mushola waktu itu sekitar jam 8 malam , mushola yang di tuju sepi tidak ada orang , dia coba menunggu di teras Mushola mungkin pak Darma belum sampai di mushola itu pikirnya.
Beberapa menit dia berdiri disitu pak Darma belum juga datang, dia mencoba mengintip kedalam Mushola lewat kaca ,  Mushola yang pada waktu itu gelap karena lampunya yang tidak dihidupkan, hanya terlihat temaram  karena ada cahaya dari luar Mushola. Tiba- tiba dia melihat seperti ada yang tertidur di dalam Mushola. Ia pun penasaran ah… mungkin pak Darma  ketiduran di dalam Mushola.
Misbah yang pada waktu itu sangat terkejut ternyata yang berada didalam adalah Imas, ia kaget kenapa Imas berada di Mushola itu dalam keadaan pingsan. Tapi belum hilang dari rasa kagetnya tiba-tiba pintu mushola itu ada yang mendobrak dengan keras ,sehingga pintu Mushola yang terbuat dari kayu tersebut roboh seketika.
“ Hey ustadz cabul keluar kamu!!!” tiba-tiba serorang lelaki tubuhnya tinggi dan wajahnya garang, pada lengannya terdapat tato naga, dia adalah Sapri yang merupakan preman kampung ini. Secara tiba-tiba kepalan tangannya menojok wajah Misbah yang masih kaget itu, Misbah belum sempat menghindar , beberpa kali pukulan Sapri mendarat mengenai wajahnya . Imas masih dalam keadaan pinsan tak sadarkan diri.
Sapri dengan kasarnya menggusur Misbah, keluar mushola, teriakan dan kegaduhan di mushola mengundang perhatian  orang kampung, dalam waktu sekejap  sekitar mushola penuh dikerumuni warga.
Orang tua Imas yang mendapati Imas tergelatak pinsan ia langsung memburu dan memangkunya , ia begitu khawatir dan marah akan kejadian yang menimpa gadis semata wayangnya itu , Ibunya pun menangis melihat kejadian itu.
Bahar dia adalah teman Sapri, mencoba memprovokasi warga , dia menuduh Misbah yang tak berdosa ini telah memperkosa Imas di Mushola sampai pinsan , demi menyaksikan itu semua warga menjadi marah , ustadz yang selama ini di hormatinya adalah seorang  yang bejat dan cabul .
Sapri , Bahar dan beberapa temannya berhasil memprovokasi warga , saat itu juga warga kampung memukuli dan meyeret Misbah , Misbah tidak bisa berbuat apa-apa untuk melawan. Keadaan yang tidak berpihak pada dirinya, membuat dia tak berdaya.
Aku dan anak-anak masjid tidak bisa menolong Misbah, karena kemarahan warga yang amat sangat yang tidak bisa di cegah lagi. Kami hanya bisa berdoa semoga fitnah ini segera terungkap.
Akhirnya Misbah dibawa kepolsek terdekat , badanya yang lemas sekan tidak berdaya untuk berdiri wajah nya yang berlumuran darah akibat pukulan warga membuat kami anak-anak mesjid menangis, betapa malang nya guru kami yang baik hati ini, tindakan warga yang main hakim sendiri, yang terhasut provokasi Sapri dan teman-temannya seakan menutup kebaikan-keabaikan Misbah, yang sudah memberi ilmu dan tuntunan dalam ibadah.
Sapri dan temannya seakan mendapat angin dan mendapatkan kesempatan untuk menghancurkan harga diri Misbah, Sapri dan teman-temanya merasa terganggu dengan kehadiran Misbah yang selama ini mengajarkan ilmu agama, banyak teman-teman premannya yang ikut pengajian Misbah, mereka  bertaubat tidak mau kembali kepada kebiasaan buruk seperti mabuk-mabukan dan berjudi.
Setelah Misbah di bawa kekantor polisi , tindakan Sapri tidak cukup sampai disitu, mereka mengobrak-abrik madrasah tempat kami belajar , rak yang berisi kitab kuning dan kitab-kitab hadist pun ia hancurkan , kitab kuning dan kitab hadist pun berserakan di Madarasah kami.
Kami yang mencoba mencegah tindakan Sapri dan warga yang terhasut dengan hasutan Sapri tersebut , tapi usaha kami sia-sia , perlawanan kami yang hanya beberapa orang, kalah dengan puluhan warga yang sedang marah membabi buta. Sesekali kami pun kena pukulan warga.
Akhir nya aksi mereka bisa di hentikan oleh pak Gandi yang merupakan tokoh yang cukup berpengaruh dikampung kami, sayang pak Gandi datang terlambat karena ia baru pulang dari musyawarah MUI di desa.
Imas yang masih belum sadar segera di bawa kerumah sakit. Malam itu di kampung kami menjadi ramai dengan peristiwa ini. Malam yang biasa sudah sepi karena orang-orang sudah beristirahat , malam ini mereka terjaga membicarakan kejadian ini.
Pro kontra terhadap kejadian ini menjadi pertanyaan beberapa orang, Sapri yang sering membuat onar di kampung kami , sebagian orang tidak percaya akan kejadian ini. Seingat mereka Misbah orangnya sangat baik , dan sangat menghargai sesamanya apalagi dia sangat meghormati orang tua.  Kamipun  sebagai anak masjid sependapat dengan mereka.
Imas yang merupakan kunci dari kejadian ini di harapkan oleh pak Gandi dan tokoh-tokoh kampung kami memberikan keterangan akan kejadian ini yang sebenarnya.
Tiga hari kemudian imas yang sudah pulih kesehatannya  , dan dari bukti visum menunjukan  tidak terjadi pemerkosaan .Imas pun memberikan kesaksian baik kepada polisi dan tokoh-tokoh kampung tentang kejadian yang sebenarnya. Bahwa Misbah  sama sekali tidak bersalah dan itu semua adalah fitnah dari Sapri dan teman-teanya.
Waktu itu sepulang dari masjid sesudah solat isya Imas menuju kerumah Rubyati mau mengambil buku tafsir yang di pinjam Rubyati tempo hari, Imas  melewati gang yang cukup gelap karena disana tidak ada penerangan sama  sekali, dia tidak menyadari bahwa kepergian dia ada yang mengikuti , saat di gang yang gelap itulah Imas di bekap dari belakang sapu tangan yang mengandung obat bius yang sudah disiapkan meraka  dibekapkan pada mulut imas.
Rontaan perlawanan Imas tidak berarti , tenaga dua orang lelaki yang cukup tinggi dan kekar sangat kuat. Tubuh Imas terkulai pingsan. Selanjutnya mereka membawa Imas ke Mushola dengan rencana membuat satu fitnah bahwa Misbahlah yang melakukan pemerkosaan dan pencabulan.
Sedangkan salah satu teman Sapri yang berasal dari kampung sebelah di suruh Sapri membuat surat palsu agar Misbah mau datang kemushola. Akhirnya Misbah terpancing dan masuk perangkap mereka.
Akhirnya kebusukan yang di sembunyikan pun terungkap, Misbah setelah di nyatakan tidak bersalah di bebaskan polisi , warga kampung yang turut memukuli Misbah memohon maaf atas kejadian itu, sementara Sapri , Bahar dan teman-temannya ditangkap  dan meringkuk di polres setempat.
Kami bersyukur kejadian ini cepat terungkap kebenarannya , sejak itu Masjid kami semakin makmur dengan kegiatan keagamaan, sampai satu saat Misbah kembali ke pesantren Garut karena beliau di percaya melanjutkan pesantren yang dipimpin gurunya sekaligus mertuanya sendiri.

0 komentar:

Posting Komentar