Malam ini begitu dingin saat gerimis turun
membasahi bumi, awan kelabu pun serta merta menyembunyikan megahnya
gunung Burangrang dan gunung Tangkuban perahu. Malam ini begitu senyap
tak ada suara-suara malam yang biasa kudengar . malam ini dedaunan pun
seakan enggan untuk menggerakan tubuhnya. Masjid tua yang menjadi
saksi hamba-hambanya bersujud kepada ilahi, malam ini begitu lenggang .
Entah kenapa dalam hati ini timbul sebuah
kerinduan akan seorang sahabat yang sekaligus adalah guruku yang sangat
aku kagumi kesabaran , kesholehan , kelembutan tuturkata dan keluhuran
ilmu agama yang ia miliki.
Misbah datang dari sebuah pesantren yang ada
di kota Garut jawa barat, pada waktu itu sekitar 20 tahun yang lalu,
aku masih sekolah disebuah Sekolah Teknologi Menengah Negri di Bandung.
Misbah datang kekampung ini dengan berniat
untuk bersilaturahmi kepada seorang kakaknya , kedatangnya kesini
menjadi satu harapan anak-anak masjid saat itu , lantunan qiroah dari
ustadz muda ini, mulai dari lagu Bayati, Shoba, Hijaz, Nahawand, Rost, Jiharkah dan Sikah (1) yang
beliau terapkan dalam ayat-ayat Al-quran, begitu sangat memukau orang
yang mendengarnya , ayat-ayat Ilahi yang di lantunkannya sangat
menggetarkan hati, kadang aku juga menangis kalau mendengar Misbah
membaca ayat-ayat yang bernuansa ancaman dan balasan siksaan.
Karena kami yang meminta Misbah untuk
mengajar disini akhirnya Misbahpun menetap dikampung ini. Anak-anak
masjid begitu semangat belajar kepada Ustadz muda ini, Ustadz yang lebih
suka disebut sahabat dari pada di sebut seorang guru , usianya sekitar
25 tahun ,belum menikah ,wajahnya yang bersih , walau perawakan yang
tidak begitu tinggi tapi sangat berwibawa karena keilmuan dan
kasholihannya.
Beberapa bulan Misbah disini, respon dari
masyarakat cukup bagus, terlihat dari beberapa acara pengajian yang
selalu penuh oleh jamaah baik orang tua atau pun remaja seusia kami,
beberapa piala kejuaraan di tingkat Desa dan Kecamatanpun , hampir semua
kami raih juara pertama, mulai lomba Adzan, MTQ, Cerdas tangkas ,
Nasyid , Hafidz al-quran dll. Para pemuka kampung saat itu sangat
berterimakasih karena Misbahlah kampung ini jadi tampak berwibawa
,berbagai pujian pun diberikan pada kampung kami.
Suasana yang sagat agamis di kampung kami
ternyata tidak berlangsung lama, saat pada suatu malam Misbah mendapat
sepucuk surat ,yang pada waktu itu belum ada pesawat handpone seperti
sekarang , alat komunikasi seperti surat menyurat adalah komunikasi yang
sering gunakan oleh masyarakat pada waktu itu.
Isi surat itu berupa undangan dari orang tua
Imas , Imas adalah gadis cantik saat itu dia masih sekolah di Madrasah
‘Aliyyah di Cimahi , ia terkenal dengan Kembang Desa , ia adalah
termasuk murid yang paling cerdas , suara Qiroahnya dalam mengajipun
sangat merdu, dialah salah satu murid Misbah yang paling di banggakan
karena kecerdasannya .
“Mohon kehadirannya, ada acara syukuran keluarga , kalau tidak keberatan ditunggu di dekat mushola dekat perbatasan kampung”,demikian
isi surat itu , surat yang diantarkan seseorang yang Misbah pun belum
mengenal orang ini. Ia bilang surat ini dari pak Darma orang tua Imas.
Misbah pun segera bergegas pergi menuju ke
tempat Mushola yang di tunjukan dalam surat itu. Hanya 15 menit , dia
sudah tiba di Mushola waktu itu sekitar jam 8 malam , mushola yang di
tuju sepi tidak ada orang , dia coba menunggu di teras Mushola mungkin
pak Darma belum sampai di mushola itu pikirnya.
Beberapa menit dia berdiri disitu pak Darma
belum juga datang, dia mencoba mengintip kedalam Mushola lewat kaca ,
Mushola yang pada waktu itu gelap karena lampunya yang tidak
dihidupkan, hanya terlihat temaram karena ada cahaya dari luar Mushola.
Tiba- tiba dia melihat seperti ada yang tertidur di dalam Mushola. Ia
pun penasaran ah… mungkin pak Darma ketiduran di dalam Mushola.
Misbah yang pada waktu itu sangat terkejut
ternyata yang berada didalam adalah Imas, ia kaget kenapa Imas berada di
Mushola itu dalam keadaan pingsan. Tapi belum hilang dari rasa kagetnya
tiba-tiba pintu mushola itu ada yang mendobrak dengan keras ,sehingga
pintu Mushola yang terbuat dari kayu tersebut roboh seketika.
“ Hey ustadz cabul keluar kamu!!!” tiba-tiba
serorang lelaki tubuhnya tinggi dan wajahnya garang, pada lengannya
terdapat tato naga, dia adalah Sapri yang merupakan preman kampung ini.
Secara tiba-tiba kepalan tangannya menojok wajah Misbah yang masih kaget
itu, Misbah belum sempat menghindar , beberpa kali pukulan Sapri
mendarat mengenai wajahnya . Imas masih dalam keadaan pinsan tak
sadarkan diri.
Sapri dengan kasarnya menggusur Misbah,
keluar mushola, teriakan dan kegaduhan di mushola mengundang perhatian
orang kampung, dalam waktu sekejap sekitar mushola penuh dikerumuni
warga.
Orang tua Imas yang mendapati Imas tergelatak
pinsan ia langsung memburu dan memangkunya , ia begitu khawatir dan
marah akan kejadian yang menimpa gadis semata wayangnya itu , Ibunya pun
menangis melihat kejadian itu.
Bahar dia adalah teman Sapri, mencoba
memprovokasi warga , dia menuduh Misbah yang tak berdosa ini telah
memperkosa Imas di Mushola sampai pinsan , demi menyaksikan itu semua
warga menjadi marah , ustadz yang selama ini di hormatinya adalah
seorang yang bejat dan cabul .
Sapri , Bahar dan beberapa temannya berhasil
memprovokasi warga , saat itu juga warga kampung memukuli dan meyeret
Misbah , Misbah tidak bisa berbuat apa-apa untuk melawan. Keadaan yang
tidak berpihak pada dirinya, membuat dia tak berdaya.
Aku dan anak-anak masjid tidak bisa menolong
Misbah, karena kemarahan warga yang amat sangat yang tidak bisa di cegah
lagi. Kami hanya bisa berdoa semoga fitnah ini segera terungkap.
Akhirnya Misbah dibawa kepolsek terdekat ,
badanya yang lemas sekan tidak berdaya untuk berdiri wajah nya yang
berlumuran darah akibat pukulan warga membuat kami anak-anak mesjid
menangis, betapa malang nya guru kami yang baik hati ini, tindakan warga
yang main hakim sendiri, yang terhasut provokasi Sapri dan
teman-temannya seakan menutup kebaikan-keabaikan Misbah, yang sudah
memberi ilmu dan tuntunan dalam ibadah.
Sapri dan temannya seakan mendapat angin dan
mendapatkan kesempatan untuk menghancurkan harga diri Misbah, Sapri dan
teman-temanya merasa terganggu dengan kehadiran Misbah yang selama ini
mengajarkan ilmu agama, banyak teman-teman premannya yang ikut pengajian
Misbah, mereka bertaubat tidak mau kembali kepada kebiasaan buruk
seperti mabuk-mabukan dan berjudi.
Setelah Misbah di bawa kekantor polisi ,
tindakan Sapri tidak cukup sampai disitu, mereka mengobrak-abrik
madrasah tempat kami belajar , rak yang berisi kitab kuning dan
kitab-kitab hadist pun ia hancurkan , kitab kuning dan kitab hadist pun
berserakan di Madarasah kami.
Kami yang mencoba mencegah tindakan Sapri dan
warga yang terhasut dengan hasutan Sapri tersebut , tapi usaha kami
sia-sia , perlawanan kami yang hanya beberapa orang, kalah dengan
puluhan warga yang sedang marah membabi buta. Sesekali kami pun kena
pukulan warga.
Akhir nya aksi mereka bisa di hentikan oleh
pak Gandi yang merupakan tokoh yang cukup berpengaruh dikampung kami,
sayang pak Gandi datang terlambat karena ia baru pulang dari musyawarah
MUI di desa.
Imas yang masih belum sadar segera di bawa
kerumah sakit. Malam itu di kampung kami menjadi ramai dengan peristiwa
ini. Malam yang biasa sudah sepi karena orang-orang sudah beristirahat ,
malam ini mereka terjaga membicarakan kejadian ini.
Pro kontra terhadap kejadian ini menjadi
pertanyaan beberapa orang, Sapri yang sering membuat onar di kampung
kami , sebagian orang tidak percaya akan kejadian ini. Seingat mereka
Misbah orangnya sangat baik , dan sangat menghargai sesamanya apalagi
dia sangat meghormati orang tua. Kamipun sebagai anak masjid
sependapat dengan mereka.
Imas yang merupakan kunci dari kejadian ini
di harapkan oleh pak Gandi dan tokoh-tokoh kampung kami memberikan
keterangan akan kejadian ini yang sebenarnya.
Tiga hari kemudian imas yang sudah pulih
kesehatannya , dan dari bukti visum menunjukan tidak terjadi
pemerkosaan .Imas pun memberikan kesaksian baik kepada polisi dan
tokoh-tokoh kampung tentang kejadian yang sebenarnya. Bahwa Misbah sama
sekali tidak bersalah dan itu semua adalah fitnah dari Sapri dan
teman-teanya.
Waktu itu sepulang dari masjid sesudah solat
isya Imas menuju kerumah Rubyati mau mengambil buku tafsir yang di
pinjam Rubyati tempo hari, Imas melewati gang yang cukup gelap karena
disana tidak ada penerangan sama sekali, dia tidak menyadari bahwa
kepergian dia ada yang mengikuti , saat di gang yang gelap itulah Imas
di bekap dari belakang sapu tangan yang mengandung obat bius yang sudah
disiapkan meraka dibekapkan pada mulut imas.
Rontaan perlawanan Imas tidak berarti ,
tenaga dua orang lelaki yang cukup tinggi dan kekar sangat kuat. Tubuh
Imas terkulai pingsan. Selanjutnya mereka membawa Imas ke Mushola dengan
rencana membuat satu fitnah bahwa Misbahlah yang melakukan pemerkosaan
dan pencabulan.
Sedangkan salah satu teman Sapri yang berasal
dari kampung sebelah di suruh Sapri membuat surat palsu agar Misbah mau
datang kemushola. Akhirnya Misbah terpancing dan masuk perangkap
mereka.
Akhirnya kebusukan yang di sembunyikan pun
terungkap, Misbah setelah di nyatakan tidak bersalah di bebaskan polisi ,
warga kampung yang turut memukuli Misbah memohon maaf atas kejadian
itu, sementara Sapri , Bahar dan teman-temannya ditangkap dan meringkuk
di polres setempat.
Kami bersyukur kejadian ini cepat terungkap
kebenarannya , sejak itu Masjid kami semakin makmur dengan kegiatan
keagamaan, sampai satu saat Misbah kembali ke pesantren Garut karena
beliau di percaya melanjutkan pesantren yang dipimpin gurunya sekaligus
mertuanya sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar